Carut Marut Pengelolaan Sampah di Kota Prabumulih Karena Pihak Terkait Terkesan Saling Menyalahkan,

oleh -1939 Dilihat
oleh

Liputanabn.com | Prabumulih – Ironis ketika Kita Prabumulih yang merupakan ikon Tugu Nanas Kota Bersih asri dan rapi memiliki tampilan depan (ruang tamu) yang sangat bagus dan tertata berupa Tugu Nanas Dan Patung kuda dan ada lagi Tugu Yogya tetapi dapur berupa tempat pembuangan akhir (TPA) dan sistem pengelolaan sampah yang sangat amburadul. 10-03-2024,

Publik Kota Prabumulih dibuat kebingungan ketika pemerintah Slow respons atas membludaknya sampah dan kapasitas pengelolaan sampah TPA Kota Prabumulih,

yang sangat terbatas.
Di satu sisi, pemerintah seolah lepas tangan ketika Terjadi polemik di TPA

dan tidak dibarengi dengan solusi alternatif pengelolaan sampah masyarakat. Alih-alih Kepala pembuangan sampah berikan jalan solusi malah mengatakan ini bukan kapasitas saya untuk solusi persoalan ini,

malah mereduksi permasalahan sampah ini sebagai persoalan individu dan mengembalikan tanggung jawab kepada instansi terkait, sedangkan Bagaimanapun juga ia juga memiliki tanggung jawab pengelolaan sampah.

Menurut data yang berhasil di himpun tim investigasi Lembaga WRC PAN-RI, volume produksi sampah terus meningkat dari 2019 sebesar 200 ton per hari hingga 2023 sebesar bisa kita nilai dari 200 ton per hari.

Peningkatan volume produksi ini sayang sekali tidak dibarengi dengan peningkatan pengelolaan persampahan regional apakah tidak ada anggaran nya, bukan kah prioritas no 3 Secara nasional tentang kebersihan.

Tulisan ini adalah hasil diseminasi riset mandiri yang kami lakukan antara 2019 – 2024 tentang tata kelola persampahan Kota Prabumulih studi kasus Tata Kelola Sampah dan Interaksi antara Formalitas dan Informalitas dalam Pengelolaan Sampah,

Metode pengambilan data pada investigasi ini dilakukan dengan wawancara mendalam secara langsung kepada lebih dari 20 narasumber yang terdiri dari masyarakat kota Prabumulih di sekitar TPA, operator TPA kota Prabumulih, akademisi, dan jurnalis yang memiliki keahlian dalam tata kelola persampahan, LSM, bank sampah, serta masyarakat yang penghidupannya berasal dari “sampah”; pemulung, pengepul, jasa angkut sampah, dan pabrik pengolahan daur ulang sampah.

jangan sampai kita, masyarakat, dibuat terlena dengan menganggap isu persampahan merupakan isu sektoral yang sifatnya individu.

Tetapi persoalan sampah ini adalah permasalahan struktural yang intervensinya memerlukan tata kelola lintas sektor —vertikal maupun horizontal.

Dari uraian permasalahan tersebut, ada potensi ekonomi sirkular yang selama ini belum dikerjakan secara serius oleh pemerintah, tetapi sudah dikerjakan dengan baik oleh pihak-pihak swasta pengelola sampah di Kota Prabumulih Dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa pengelola sampah yng ada dan semua jenis sampah memiliki nilai ekonomi yang laku dijual ke pasar mulai dari kertas, plastik, kaca, hingga sisa makanan. Ekosistem ini terbentuk secara organik karena adanya nilai ekonomi dari proses pengelolaan sampah. Di TPA Prabujaya sendiri, kehadiran pemulung juga membantu mengurangi sampah sebesar 5,026% tiap harinya.

Kerja-kerja informal para pengelola sampah swasta ini yang agaknya kurang diapresiasi oleh pemerintah.

Berdasarkan hasil observasi Kami Lembaga WRC PAN-RI Pemerintah Kota Prabumulih hanya melakukan bare minimum dalam pengelolaan sampah.

Mereka sebatas menyediakan dan mengelola TPA/TPS, jasa angkut sampah, dan regulasi melalui beberapa perda tentang pengelolaan sampah.

Padahal masih banyak potensi yang bisa digarap dengan baik oleh pemerintah dari tata kelola sampah ini —mengingat kota Prabumulih sebagai ikon kota bersih asri dan rapih.

sementara itu Pebrianto Ketua unit WRC PAN-RI menilai Pemerintah Kota Prabumulih memang hanya ingin fokus mengurusi wajah depan Kota saja tidak dengan segala tetek bengek eksternalitasnya,

Harusnya, memaksimalkan potensi ekonomi sirkular sampah melalui swastanisasi dengan meregulasi ketat pengelolaannya sedangkan lahan TPA hanya seluas kurang lebih 8 hektar persegi , itu pun lahan peninggalan dari kabupaten muara Enim ,

Apabila Pemerintah Kota Prabumulih tidak mampu mengelola potensi ekonomi sirkular ini,

serahkan saja kepada swasta seperti salah satu narasumber yang mengelola sampah sisa Rumah Tangga Dan Rumah Makan yang ada di kota Prabumulih

Karena swasta menjalankan operasinya berbasis keuntungan, tentu tata kelola sampah di Kota Prabumulih akan berjalan dengan seefisien mungkin.
Ditambah dengan regulasi pajak yang ketat, citra Kota Prabumulih akan menjadi lebih baik —mulai dari wajah depan hingga dapurnya.

berdasarkan fakta di lapangan lokasi TPA sudah over kapasitas dan padat pemukiman warga, jadi secara tidak sangat berdampak bagi masyarakat di sekitar,

mengutip dari tanggapan ketua RT/RW 05/02 A.Fauzi mewakili warganya mengatakan, sangat resah dengan dampak dari sampah tersebut contoh nya bau yang menyengat dan dampak penyakit yang di datang kan oleh lalat dan lain lain,

persoalan ini jika tetap tak ada perhatian pemerintah kami gabungan aliansi lembaga Sumsel bersatu akan terus pertanyakan dan kawal terus sampai ada solusi kepada pihak-pihak terkait seperti, DLH. DPRD dan yang utama dinas perkim, Sebagai pengelola, (Salim)

Editor : Bolok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.