Jelang Pilkada November 2024, Ditintelkam Polda Sumsel Gelar FGD Guna Antisipasi Penyebaran Hoax

oleh -675 Dilihat
oleh

Liputanabn.com | Palembang – DitIntelkam Polda Sumsel menggelar Fokus Group Discussion dengan tema “Antisipasi Penyebaran Hoax dan Netralitas Jurnalis Guna Mendukung Serta Mensukseskan Pilkada Damai Tahun 2024 di Provinsi Sumsel bertempat di Ballroom Airish Hotel Palembang 30-31 Juli 2024.

Turut hadir DirIntelkam Polda Sumsel diwakili  Kabag Analis Ditintelkam AKBP M.Suropati, dan narasumber Anggota Bawaslu Sumsel Massuryati, Ketua Dewan Kehormatan PWI Sumsel Oktaf Riyadi, Pengamat Sosial dan Politik Bagindo Togar Sibutar Butar, Kasi Sumber Daya Komunikasi Publik Dinas Kominfo Provinsi Sumsel Dwi Karolita,S.Sos, MM.

DirIntelkam Polda Sumsel diwakili  Kabag Analis Ditintelkam AKBP M.Suropati mengatakan, di era digitalisasi ini penyebaran informasi sangat cepat.

Rekan media sudah menerbitkan berita yang sudah bagus, sesuai fakta tapi ada juga yang menyebarkan hoax. Sudah banyak yang ditutup, tapi akhirnya banyak lagi muncul hoax. Mudah mudahan kegiatan ini bermanfaat, dan jadi bekal jurnalis dan mahasiswa dalam mengantisipasi penyebaran hoax,” katanya.

Ditempat yang sama, Kasi Sumber Daya Komunikasi Publik Dinas Kominfo Provinsi Sumsel Dwi Karolita,S.Sos, MM menambahkan, masyarakat mudah mendapat informasi dari gadget. Jadi merubah pola pikir, pola sikap, dan perilaku manusia.

“Awalnya dulu pakai handphone lewat SMS, lewat telepon. Tapi sekarang teknologi berkembang dengan cepat dan dengan melalui gadget bisa menerima semua informasi dengan cepat,” bebernya.

Dia menuturkan, masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan informasi baik dari media atau media sosial. Media sosial (Medsos) ada Instagram, YouTube, Tiktok, Facebook. Siapapun yang bukan jurnalis, tapi menyebarkan informasi itu adalah sumber informasi.

Medsos itu seperti pedang bermata dua, jika dijadikan untuk hal positif maka akan menghasilkan hal positif. Tapi jika medsos dijadikan untuk menyebarkan hal negatif maka menghasilkan hal negatif.

“Hoax mudah terjadi, karena mudahnya mendapat informasi, tapi bisa Apapun informasi jika menyebabkan perpecahan jangan disebarkan. Pencegahan hoax menjelang Pilkada, kami Kominfo Sumsel tidak bisa mentake downnya,”ungkapanya.

Dewan Kehormatan Provinsi PWI Sumsel Oktaf Riyadi mengatakan, salah satu hoax yang paling tipis dijumpai adalah pencitraan.

“Tanpa kita sadari, pencitraan itu adalah bentuk hoax yang paling tipis. Makanya prinsip independen mesti tetap dipegang oleh kita sebagai jurnalis, beda dengan yang namanya netral. Tak bisa diintervensi kita tidak boleh berpihak dan tidak boleh beretikat buruk. Jangan hanya satu paslon yang diberitakan tapi semuanya dan apa adanya,” tuturnya.

Menurutnya peran jurnalis dalam Pilkada bukan menjadi ‘hakim’. Namun berada di tengah-tengah layaknya wasit.

“Yang pasti wartawan itu wasit. Wasit yang menengahi dan itu tugas kita mendukung Pemilu/Pilkada yang berkualitas. Kalau yang bagus ya diangkat, yang jeleknya juga diangkat apa adanya,” tutupnya.

Editor : Mastari bolok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.