HUT Solidaritas Perempuan Palembang Ke 21 tahun dan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Solidaritas Perempuan

oleh -474 Dilihat
oleh

Liputanabn.com | Palembang,- Dalam rangka Hari Ulang Tahun Solidaritas Perempuan Palembang yang ke 21 tahun dan 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, Solidaritas Perempuan menggelar diskusi sebagai bentuk aksi bersama dengan tema “Pembebasan Perempuan Dalam Belenggu Patriarki” yang mengundang narasumber dari internal dan eksternal komunitas.

Pembicara pertama yaitu Ida Ruri Sukmawati merupakan Anggota Solidaritas Perempuan Palembang dan pembicara kedua yaitu Sinar Hayati Marega sebagai sekretaris dinas pemberdayaan perempuan Badan Eksekutif Mahasiswa FISIP Universitas Sriwijaya.

Diskusi ini menyoroti bagaimana situasi perempuan di kampus dan masyarakat secara umum, Ida Ruri mengatakan bahwa 21 tahun yang lalu solidaritas perempuan berupaya untuk memerangi ketidakadilan yang dihadapi kaum perempuan dan hari ini situasi perempuan masih sama bahkan semakin sulit. Kami menyadari betul bahwa perempuan terus mengalami ketidakadilan khususnya perempuan di desa-desa yang berhadapan dengan konflik agraria. Sehingga SP hingga hari ini terus berkomitmen untuk menguatkan perempuan akar rumput. Selain itu Sinar Hayati juga mengatakan bahwa hari perempuan adalah lawan dari stereotype. Kalau kita lihat perempuan selalu menjadi objek bukan subjek yang utuh, sehingga banyak korban kekerasan adalah perempuan.

Kesadaran bahwa sistem patriarki yang membelenggu ini tidak menguntungkan siapapun, semua orang mengalami penindasan khususnya perempuan dan juga anak. Selain itu upaya penyadaran harus terus di suarakan dengan cara peningkatan kapasitas dan berjejaring dengan tujuan membangun dan memperkuat gerakan tanpa penindasan. HUT SP merupakan momentum refleksi atas gerakan-gerakan yang selama ini di upayakan.

Ida menyampaikan bahwa “solidaritas sendiri dalam memperkuat gerakan selain bekerja dengan perempuan akar rumput juga melibatkan kelompok muda dalam kampanye mendukung gerakan perempuan dan advokasi”. Begitupun Sinar Hayati menjelaskan bahwa akar penindasan yang selama ini harus diperangi adalah patriarki.

Patriarki yang tumbuh dalam bentuk dominasi terhadap kaum tertindas harus segera di sadari, kita yang telah sadar harus saling menguatkan dan menyadarkan yang lain. Untuk menyadari pentingnya nafas perjuangan ini sebagaimana ideologi feminis yang terkandung dalam gerakan solidaritas perempuan, maka semua layak di suarakan. Semua yang tertindas harus mendapati keadilan. Bagi kami, jika kita mengetahui ada ketidakadilan dan menyadarinya maka bergeraklah. ( Rilis)

Editor : Bolok

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.