Liputanabn.com || Lebak-Banten. Rabu (25/09/2024) Satu per satu anggota paguron dan ketua padepokan datang ke Kampung CikeusikTimur, Desa Malingping Selatan, Kecamatan Malingping, Lebak, Banten. Ada 30 paguron yang hadir, tersebar di seluruh Banten Selatan. Mereka tidak lain adalah para ‘Pendekar’ silat Tjimande Tari Kolot, yang hadir untuk bersilaturahmi, bercengkerama, dan bertatap muka.25/9/2024
Sudah sekian puluh tahun dunia persilatan lesu seperti mati suri. Baru setahun Tjimande Tari Kolot Karuhun Banten Indonesia (TTKKBI) berdiri. Namun kehadirannya begitu berharga dan memberi ruh untuk kebangkitan budaya dan tradisi di Banten dalam masa yang akan datang, khususnya di Kabupaten Lebak.
“Ya betul, acara ini bukan semata-mata silaturahmi saja. Kita memang butuh silaturahmi.Namun tidak kalah penting bahwa saat ini kita sedang menggalakan budaya Banten agar di ingat kembali oleh warga Banten. Kami sangat semangat kalau itu untuk budaya. Penting bagi kita untuk memelihara budaya,” jelas Heri Suheri SH wakil ketua TTKKBI Dpc Malingping
Para pendekar yang sudah sepuh berdatangan di Kampung Cikeusik karena tergugah hatinya untuk turut berpartisipasi dalam acara silaturahmi tersebut. Para kesepuhan paguron yang telah ‘bertapa’ turun gunung hanya untuk menyaksikan pertunjukan silat Tjimande Tari Kolot Karuhun Banten indonesia (TTKKBI)yang digelar malam itu.
Bahkan para kesepuhan pendekar dari Serang, Banten, seperti Ketua TTKKBI DPW 1, Endin Oktaviana, S.Kom., dan Abah Musa sebagai Kesepuhan Tjimande kelid Serang, ikut menghadiri acara tersebut untuk memenuhi undangan panitia.
Kedatangan rombongan dari Serang disambut hangat oleh tuan rumah, TTKKBI DPC Malingping. Semua berdiri untuk menunjukkan bahwa mereka sangat menanti kehadiran rombongan tersebut. Suasana semakin hangat. Itulah kebersamaan Tjimande yang telah terikat secara turun-temurun dalam satu Talek.
Sekitar 300 orang menantikan suasana seperti itu. Pada malam itu juga, Pembina Dpc Kecamatan Malingping, Abah Kiai Hudi Nurhudiyat, S.Ag., S.H., M.H., memberikan piagam penghargaan kepada para kesepuhan Tjimande dari 30 paguron sebagai pengayom paguron-paguron tersebut.
“Kita sudah maksimalkan untuk acara ini. Semua telah diundang dan masyarakat pun sangat senang dengan acara ini, apalagi katanya ada debusnya,” tutur Hedi Sofyan Akbar, Ketua DPW 2 Lebak 2 Banten selatan.
Tampaknya mereka sangat bangga, karena dalam piagam tersebut ada makna yang tidak bisa mereka ceritakan kepada orang lain dalam titian hidup selama belajar dan mengajar Cimande. Piagam di serah kan oleh Ketua DPW 1 provinsi Banten Endin Oktaviana, S.Kom.
Setelah acara seremoni tersebut, para paguron mempertunjukkan atraksi keahlian mereka. Semua penonton terkesima dan kagum dengan gerakan-gerakan yang indah dan lentur. Yang lebih mengagumkan lagi adalah ketika para sesepuh yang berumur sekitar 70-an turut memeriahkan acara dengan menunjukkan kebolehannya. Mereka semangat menggerakkan tangan dan kaki, menghindar dan menendang serta melakukan berbagai gerakan lainnya.
Tak ketinggalan, sebagai ciri khas Banten, seorang guru dan ketua hafidz TTKKBI DPC kecamatan Ciomas, Serang, berpartisipasi dengan maju ke pentas untuk pertunjukan debus. Perut dan lidahnya disayat golok. Terlihat darah mengucur, namun luka itu hilang setelah pertunjukan selesai. Para penonton merasa puas dan bersemangat serta berminat untuk berlatih Pencak Silat tjimande.
Ketua Panitia, Heri, merasa bahwa inilah awal kebangkitan Cimande kembali. Baginya, kebangkitan Cimande adalah bibit kebangkitan budaya Banten secara keseluruhan.
“Saya yakin, dengan cara ini budaya akan bangkit. Kebangkitan budaya adalah kebangkitan Banten dan kebangkitan kita semua,” ujarnya.
Editor : Bolok